Rabu, 25 Mei 2016

MAKALAH
BUDAYA JAWA
“SENI GAMBUS DI DUSUN WRINGIN, TLOGODALEM, KERTEK, WONOSOBO”
aa.png
                             NAMA        : ZAENAL AWALUDIN
                             NIM            : 2601414059
                             ROMBEL    : 03

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

      A.     Latar Belakang
            Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya. Dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau dan daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. Bahkan satu desa sedengan desa lain yang masuk dalam lingkup satu daerah pun memiliki kebudayaan yang berbeda. Seperti halnya di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Walaupun kota kecil di Jawa Tengah, namun memiliki kebudayaan yang terkenal di Indonesia. Sebagai salah satu contoh adalah ritual potong rambut gimbal di Dieng. Bahkan tradisi ini sudah terkenal di kancah internasional. Namun, sebenarnya di masing-masing daerah di Wonosobo banyak yang memiliki kebudayaan atau tradisi yang belum dikenal masyarakat luas. Contohnya adalah di Dusun Wringin, Tlogodalem, Kertek, Wonosobo yang memiliki salah satu kebuayaan, yakni Gambus. Gambus merupakan seni gabungan antara tari dan bela diri. Kemudian alat musik yang menjadi iringannya adalah rebana atau sering disebut dengan terbang dan bedug kecil atau sering disebut jidhor. Namun, seiring dengan perkembangan waktu alat musik itu dikembangkan dengan menambah kendang dan organ. Seni ini merupakan seni yang langka di Wonosobo. Terbukti dengan belum banyak tahu masyarakat Wonosobo, bahkan jajaran Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, dengan dibuatkan makalah ini penulis menginginkan agar seni Gambus dapat diketahui oleh masyarakat luas dan bisa lebih berkembang agar tetap lestari.

      B.      Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat Seni Gambus ?
2.      Bagaimana agar Seni Gambus dikenal masyarakat luas?
3.      Bagaimana agar Seni Gambus dapat tetap lestari?




       C.      Tujuan
1.      Dapat mengetahui hakikat Seni Gambus
2.      Seni Gambus dapat dikenal oleh masyarakat luas
3.      Dapat melestarikan Seni Gambus



BAB II
PEMBAHASAN

      A.     Hakikat Seni Gambus
            Gambus merupakan salah satu seni di Kabupaten Wonosobo, tepatnya di dusun Wringin, Tlogodalem, Kecamatan Kertek. Seni ini kolaborasi antara tari dan bela diri. Kemudian, alat musik yang menjadi iringan dari Gambus adalah rebana dan bedug kecil. Di Wringin, alat musik rebana sering disebut dengan terbang dan bedug kecil sering disebut dengan jidhor. Dengan iringan klasik ini membuktikan bahwa Gambus merupakan budaya klasik yang ada di Wonosobo. Lain halnya dengan Kuda Lumping yang menggunakan gamelan lengkap sebagai iringannya. Namun, seiring dengan perkembangan waktu alat iringan musik dikembangkan untuk menambah estetika, yakni dengan kendang dan organ. Dengan catatan, tidak meninggalkan irama aslinya. Untuk lagu iringannya menggunakan bahasa Indonesia yang isinya penuh dengan tuntunan hidup. Sebagai satu contoh lirik berikut ini, “minta ampun kepada Allah Yang Maha Mulia. Sebab kami ini banyak dosa. Sebab kami ini senang-senang, kepada ada kepda Allah Yang Maha Mulia, Maha Kuasa”. Terbukti bahwa Gambus bukan hanya seni yang penuh dengan keindahan semata, namun mengandung tuntunan hidup manusia.
            Seni Gambus diadakan rutin setahun sekali tiap malam 1 Sura. Untuk tempat pementasan yaitu di halaman makam Kyai Bramasari yang bertempat di sebelah barat Telaga Dalem. Dipercaya bahwa Kyai Bramasari ikut serta dalam babad dhusun Wringin, dimana Kyai Dalem sebagai tokoh utamanya. Oleh karenanya, ini merupakan tempat yang dikeramatkan.
            Menurut cerita masyarakat, apabila Dusun Wringin akan mengadakan suatu hiburan, misalnya wayang, dangdut, campursari, dan sebagainya, harus diawali dengan mengadakan atau mementaskan Gambus terlebih dahulu. Menurut mereka, ini merupakan wujud permohonan izin terhadap leluhur sebelum mengadakan hiburan atau seni selain seni asli Dusun Wringin. Apabila melanggar, maka dipercaya sesuatu yang buruk akan terjadi. Pernah ada suatu kejadian sekitar 2008, saat itu akan diadakan campursari. Namun, tidak mengadakan Gambus terlebih dahulu. Saat panggung dan semua sudah siap, tiba-tiba terjadi hujan lebat disertai angin kencang yang menyebabkan panggung dan seisinya hancur serta berterbangan terbawa angin. Sejak saat itu, Gambus diadakan terlebih dahulu sebelum ada hiburan atau seni lain.
            Dalam pementasannya harus disertai dengan sesaji yang berupa rakan. Rakan ini terdiri dari buah-buahan dan jajanan pasar. Tidak lupa kembang setaman dan bunga kantil kenanga juga ikut disertakan. Kemudian air asli dari mata air telaga merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Banyak penari yang kesurupan dan meminta sesaji. Namun, tak jarang leluhur yang merasuki meninggalkan peringatan apakah sesuatu akan terjadi di Wringin dan bagaimana untuk mencegahnya. Beberapa tahun sebelumnya pernah ada peringatan akan terjadi suatu hal buruk, lalu sebagai tumbalnya adalah seekor kucing hitam. Namun, setelah hal itu dilaksanakan ternyata berbalik keadaan bahwa masyarakat memiliki kehidupan yang lebih makmur.
            Namun saat ini tumbal-tumbal seperti itu sudah tidak dilaksanakan lagi, karena telah ada transisi tokoh masyarakat (mudin). Dengan aliran yang sedikit berbeda karena juga disertai ilmu agama, maka tumbal-tumbal seperti itu bisa ditawarnya melalui ilmu kegaiban.
           
B.                       Usaha Agar Gambus Dikenal Masyarakat Luas
            Di awal telah dibahas bahwa Gambus belum dikenal oleh masyarakat luas. Apalagi pada kalangan pemerintahan. Oleh sebab itu, ada beberapa usaha agar Gambus dikenal oleh masyarakat luas. Tujuannya adalah agar seni ini dapat tetap lestari dan terus berkembang.
            Tokoh-tokoh masyarakat dan pengurus Gambus di Dusun Wringin mengadakan berbagai usaha. Diantaranya mengadakan kerjasama dengan Pemkab Wonosobo dan desa-desa tetangga. Pentas-pentas di desa tetangga yang juga memiliki seni Gambus dikenal dengan istilah rayon. Kegiatan ini mempertunjukkan seni Gambus dari masing-masing daerah dengan ciri khas tersendiri tentunya. Dengan ini, selain untuk melestarikan Gambus juga sangat baik untuk menyambung tali persaudaraan. Di antara dusun-dusun yang juga memiliki seni Gambus  tersebut adalah Dusun Saragaten, Sudungdewa, Bejiarum, Banjaran, dan tentunya Dusun Wringin. Dalam satu tahun secara bergantian rayon di masing-masing daerah tersebut.
            Kemudian, kerjasama dengan Pemkab Wonosobo sudah terlaksana selama tiga tahun. Setiap peringatan HUT RI Gambus Dusun Wringin selalu diundang untuk tampil di Alun-alun Wonosobo. Ada hal yang sangat menarik di tahun 2015, bahwa Bupati Wonosobo ikut tampil dalam event tersebut. Keterangan dari berbagai masyarakat yang hadir dalam acara itu adalah baru sekali menyaksikan Seni Gambus dan menyatakan bahwa Wonosobo memang benar-benar kaya akan budaya. Selain masyarakat, banyak pegawai Pemkab yang juga menyatakan hal yang sama.
            Beberapa usaha di atas merupakan perjuangan dari para pengurus, Pemerintahan Desa, dan juga masyarakat dalam upaya melestarikan budaya tersebut. Diharapkan agar masyarakat luas benar-benar mengetahui bahkan ikut apresiasi. Meningkatnya lagi ke generasi-generasi muda untuk terus melestarikan agar tetap ada sampai anak cucu.

     C.      Cara Melestarikan Seni Gambus di Dusun Wringin
            Sudah menjadi hal yang diwajibkan jika Gambus dilestarikan. Maka dari itu warga masyarakat dan pengurus saling bahu-membahu untuk melestarikan seni ini. Dalam waktu satu minggu ada satu kali latihan, yaitu setiap malam Rabu. Dari anak-anak hingga dewasa banyak yang antusias dengan kegiatan latihan ini. Sebenarnya beberapa tahun lalu seni ini pernah vacum. Namun, berkat  perjuangan dari para pengurus Gambus saat ini menjadi sebuah event yang sangat dinanti.
            Pak Diyarno sebagai ketua dan Pak Suhadah sebagai pelatih sangat keras perjuangannya dan dengan rasa sabar melatih para kaum muda. Latihan rutin ini menarik perhatian anak-anak se-usia Sekolah Dasar. Dengan ketekunannya berlatih, mereka dengan piawai menampilkan seni ini. Selain itu, pementasan-pementasan rutin dilaksanakan untuk menambah semangat. Semoga Gambus tetap lestari sbagai bukti produk budaya nenek moyang.



PENUTUP

     Kesimpulan
            Wonosobo sebagai kota kecil di Jawa Tengah yang masih kental dengan busayanya merupakan kota yang juga kaya akan budaya. Banyak yang sudah terkenal bahkan ada yang belum dikenal masyarakat luas. Gambus merupakan salah satu seni yang langka dan wajib dilestarikan. Produk-produk budaya nenek moyang kita tidak semata-mata berisi tentang keindahan, namun juga merupakan tuntunan kehidupan yang dikemas dengan begitu indahnya.

            Semoga, dengan dibuatnya makalah ini, penulis sangat berharap Gambus dapat tetap lestari, berkembang, dan dikenal masyarakat luas. Dengan isi yang penuh dengan tuntunan hidup, membuktikan bahwa nenek moyang kita begitu kreatif pengemasan-pengemasan budaya yang tidak hanya berisi tentang keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar